Feature Top (Full Width)

Rabu, 20 November 2013

PENGANTAR KAJIAN HADIS



PENGANTAR KAJIAN HADIS
 
H. Imamul Authon Nur, Lc., MA 

(Pengajar Musthalah al-Hadis di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah)

Kata Hadis berasal dari bahasa Arab yang secara leksikal bermakna berita dan sesuatu yang baru. Secara istilah, Hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah saw. baik berupa perkataan, perbuatan, keputusan dan sifat. Hadis memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam tepatnya setelah Alquran, karena ia merupakan kendaraan dan tuntunan yang tidak dapat diabaikan dalam memahami wahyu Allah. Hampir tidak didapatkan sebuah permasalahan kecuali Hadis telah menyentuhnya permasalahan tersebut. Fungsi Hadis tidak hanya menjelaskan Alquran, akan tetapi Hadis juga memberikan informasi atau hukum yang tidak dibincangkan Alqur’an. Inilah yang membuat para ulama mengkaji Hadis secara khusus.

Keseriusan Umat Islam dalam memelihara kemurnian Hadis dan perhatian yang besar dalam mengkaji Hadis tampak dengan lahirnya sumbangsih berupa karya-karya yang luar biasa yang telah memperkaya khazanah keilmuan Islam dan melahirkan cabang-cabang ilmu Hadis. Adapun karya-karya tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1.      Kitabah wa Tadwin al-Hadis

Kitabah wa Tadwin al-Hadis adalah penulisan hadis dan pengodifikasiannya. Penulisan hadis yang sebenarnya telah dimulai di zaman nabi Muhammad saw. oleh sebagian Sahabat dikodifikasi secara resmi oleh khalifah Umar ibn Abd al-Aziz di awal abad kedua. Ini adalah sebuah langkah penting terhadap kesinambungan hadis di periode berikutnya. Geliat penulisan hadis dan pengodifikasian beserta sanadnya terus berkembang sampai akhir abad keempat. Hadis-hadis kemudian dikodifikasi dengan beragam metode penyusunan, ada yang disusun secara musnad, sunan, dan mu’jam. Jumlah buku-buku hadis yang telah membahas itu sangat banyak, di antaranya adalah: Muwaththa’ Imam Malik, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Mu’jam al-Kabir karya imam ath-Thabrani.

2.      Kutub al-Rijal

Kutub ar-Rijal adalah kitab-kitab yang memuat biografi para perawi hadis yang memberitakan nama, lahir, guru, murid, perjalanan dalam mencari hadis dan kualitas perawi. Dengan melakukan penelitian terhadap para perawi hadis akan dapat diketahui kesinambungan sanad dan kualitas perawi yang merupakan syarat keotentikan sebuah hadis. Pembukuan biografi perawi hadis telah dimulai di masa-masa awal dan bersambung pada periode selanjutnya, sepeti kitab at-Tarikh al-Kabir karya Imam al-Bukhari dan al-Jarh wa at-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim, al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal, Siyar A’lam an-Nubala’ dan Tahzib at-Tahzib. Kitab ar-Rijal banyak ragamnya, ada yang membahas secara umum dan secara khusus, seperti Kitab Rijal untuk enam kitab induk Hadis, kitab Rijal untuk satu daerah tertentu, kitab rijal perawi siqah dan perawi daif.

3.      Kutub Ulum al-Hadis

Ilmu Hadis adalah dasar-dasar dan kaedah-kaedah yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan keabsahan sebuah hadis. Tidak berbeda dengan disipilin ilmu lainnya, ilmu hadis dimulai dan dikaji secara lisan dan dikaji dari satu generasi ke generasi setelahnya. Dapat dikatakan bahwa Imam asy-Syafii adalah cendikiawan Muslim yang pertama menulis kaedah-kaedah dasar Ilmu Hadis dalam kitabnya ar-Risalah yang selanjutnya berkembang sampai akhirnya disempurnakan oleh ulama Hadis pada generasi selanjutnya. Pada abad keempat lahir kitab-kitab besar dalam Ilmu Hadis yang dijadikan rujukan utama dalam kajian ilmu Hadis, seperti al-Muhaddis al-Fashil Baina ar-Rawi wa al-Wa’i kary ar-Ramaharmuzi, al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah karya al-Khatib al-Bagdadi, Muqaddimah Ibnu ash-Shalah, Nukhbah al-Fikr karya Ibnu Hajar al-Asqalani dan Tadrib ar-Rawi karya Imam as-Suyuthi. 

4.      Kutub Syuruh al-Hadis

Syuruh hadis adalah penjelasan-penjelasan terhadap isi kandungan hadis. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap sabda Nabi saw. sesuai dengan kemampuan seorang ulama yang menyarah Hadis. Oleh karena itu tidak heran pemahaman hadis yang diuraikan tidak terlepas dari latar belakang ulama yang menyarah. Jumlah buku yang menyarah kitab-kitab hadis sangat banyak, bahkan tidak heran bila didapatka satu kitab hadis memiliki syarah lebih dari lima buku. Di antara kitab-kitab syarah hadis adalah Fath al-Bari dan Umdah al-Qari syarah Shahih al-Bukhari, al-Minjaj dan Fath a-Mun’im syarah Shahih Muslim, Aun al-Ma’bu dan Bazl al-Majhud syarah Sunan Abi Dawud, Tuhfah al-Ahwazi dan Aridhah al-Ahwazi syarah Sunan at-Tirmizi. 

5.      Kutub Takhrij al-Hadis

Takhrij al-Hadis adalah menunjukkan tempat sebuah hadis dalam sumber-sumber aslinya yang menunjukkan hadis beserta sanadnya. Adapun kitab-kitab takhrij adalah kitab yang menunjukkan posisi sebuah hadis dalam kitab-kitab mu’tabarah. Ilmu takhrij al-Hadis lahir didasari kebutuhan para pengkaji hadis terutama setelah pengkodifikasian hadis selesai dan membantu untuk mendapatkan pengkajian hadis, baik yang berkaitan dengan sanad atau matan hadis. Takhrij hadis memiliki manfaat yang besar, terutama dalam melakukan perbandingan antara riwayat baik matan dan hadis. Dengan melakukan takhrij akan tampak jalur periwayatan sebuah hadis dari berbagai jalur, begitu juga pada matan akan tampak perbedaan lafal dalam periwayatan. Banyak kitab-kitab takhrij yang lahir, seperti: Tuhfah al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf, al-Jami’ ash-Shagir, Jam’ al-Jawami’, Miftah Kunuj as-Sunnah, al-Mu’jam al-Mufahrasy li Alfazh al-hadis an-Nabawi, Kanj al-Ummal, Jami’ al-Ushul  dan Mawshu’ah al-Hadis an-Nabawi.

6.      Kutub al-Hukmi ala al-Hadis

Kutub al-Hukmi ‘ala al-Hadis adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan memberikan penilaian terhadap kualitas hadis tersebut, misalnya menghimpun hadis-hadis dalam satu buku atau melakukan penelitian terhadap hadis-hadis buku tertentu. Penilian terhadap kualitas suatu hadis adalah buah dan tujuan dari ilmu hadis. Di antara ulama yang memberikan sumbangan besar dalam bidang ini terutama di zaman sekarang adalah adalah Imam Albani dalam kitabnya Mawshu’ah al-Ahadis ash-Shahihah dan Mawshu’ah al-Hadis adh-Dha’ifah wa al-Mawdhu’ah, Syeikh Ahmad Syahir dalam tahkik-nya kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal dan Syeikh al-Arnauthi.

7.      Kutub ad-Difa’ an al-Hadis

Kutub ad-Difa’ an al-Hadis dalah kitab yang menghimpun pembelaan para Ahli hadis terhadap syubhat-syubhat dalam Hadis Nabi. Imam asy-Syafii adalah pembela Sunnah (Nashir as-Sunnah) ketika ia berhadapan dengan orang-orang yang tidak menerima kehujahan Hadis Ahad. Begitu juga dengan Ibnu Quthaibah dalam kitabnya Ta’wil Mukhtalif al-Hadis membahas tentang hadis-hadis yang dianggap bertentangan dengan Alquran, Hadis dan Akal. Pada saat ini lahir ulama-ulama hadis baru yang menjadi pembela dalam usaha menyerang pemikiran-pemikiran Sarjana Barat atau tokoh Muslim yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Para Ahli Hadis Muslim membela hadis dari beragam warna yang dilakukan sarjana barat, baik kritikan terhadap hadis yang berkaitan dengan sanad, matan, pemahaman dan pemikiran Hadis. Di antara kitab yang lahir dalam bidang ini adalah Makanah as-Sunnah fi Tasyri’ al-Islami karya M. Siba’i, Dirasat fi Tarikh al-Hadis n-Nabawi wa Tarikh Tadwinihi karya Al-A’zhami, al-Hadis Qabla at-Tadwin karya Ajjaj Khatib, Syubhat hawla al-Hadis an-Nabawi karya Abd al-Muhdi Abd al-Qadir Abd al-Hadi.

Keterangan di atas adalah ulasan singkat tentang beberapa kajian Hadis yang lahir dari perhatian besar Ulama Muslim terhadap Hadis. Masih banyak lagi kajian-kajian Hadis yang berkembang. Kajian Hadis akan selalu menjadi topik hangat untuk diperbincangkan dan karya-karya luar biasa akan terus lahir sesuai dengan masanya. Sebagaimana yang telah tercatat dalam sejarah bahwa para Ahli hadis tidak hanya berasal dari negeri Arab, namun juga oleh Ulama-Ulama Muslim dari Non Arab. Kebenaran ini terluang kembali di abad ini dengan hadir pendekar hadis dari India yang menyerang pemikiran barat seputar hadis yaitu A’zhami.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed by Liza Burhan