PENGANTAR KAJIAN HADIS
H. Imamul Authon Nur, Lc., MA
(Pengajar Musthalah al-Hadis
di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah)
Kata Hadis berasal dari bahasa Arab yang secara
leksikal bermakna berita dan sesuatu yang baru. Secara istilah, Hadis adalah
segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah saw. baik berupa perkataan,
perbuatan, keputusan dan sifat. Hadis
memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam tepatnya setelah Alquran, karena ia
merupakan kendaraan dan tuntunan yang tidak dapat diabaikan dalam memahami
wahyu Allah. Hampir tidak didapatkan sebuah permasalahan kecuali Hadis telah
menyentuhnya permasalahan tersebut. Fungsi Hadis tidak hanya menjelaskan
Alquran, akan tetapi Hadis juga memberikan informasi atau hukum yang tidak
dibincangkan Alqur’an. Inilah yang membuat para ulama mengkaji Hadis secara
khusus.
Keseriusan Umat Islam dalam memelihara kemurnian
Hadis dan perhatian yang besar dalam mengkaji Hadis tampak dengan lahirnya sumbangsih
berupa karya-karya yang luar biasa yang telah memperkaya khazanah keilmuan
Islam dan melahirkan cabang-cabang ilmu Hadis. Adapun karya-karya tersebut
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kitabah wa Tadwin al-Hadis
Kitabah wa Tadwin al-Hadis adalah penulisan hadis dan pengodifikasiannya. Penulisan hadis yang sebenarnya telah dimulai di zaman nabi Muhammad saw. oleh
sebagian Sahabat dikodifikasi secara resmi oleh khalifah Umar ibn Abd al-Aziz di awal abad kedua. Ini adalah sebuah langkah penting terhadap kesinambungan hadis di periode berikutnya. Geliat penulisan hadis dan pengodifikasian beserta sanadnya terus
berkembang sampai akhir abad keempat. Hadis-hadis kemudian dikodifikasi dengan beragam metode penyusunan, ada yang
disusun secara musnad, sunan, dan mu’jam. Jumlah buku-buku hadis yang telah membahas itu sangat banyak, di antaranya adalah: Muwaththa’
Imam Malik, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan
Mu’jam al-Kabir karya imam ath-Thabrani.
2. Kutub al-Rijal
Kutub ar-Rijal adalah kitab-kitab yang memuat
biografi para perawi hadis yang memberitakan nama, lahir, guru, murid, perjalanan dalam mencari hadis dan kualitas perawi. Dengan melakukan penelitian
terhadap para perawi hadis akan dapat diketahui kesinambungan sanad dan kualitas perawi yang merupakan syarat
keotentikan sebuah hadis. Pembukuan biografi perawi hadis telah dimulai di masa-masa awal dan bersambung pada periode selanjutnya, sepeti kitab at-Tarikh al-Kabir
karya Imam al-Bukhari dan al-Jarh wa at-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim, al-Kamal
fi Asma’ ar-Rijal, Siyar A’lam an-Nubala’ dan Tahzib at-Tahzib. Kitab ar-Rijal
banyak ragamnya, ada yang membahas secara umum dan secara khusus, seperti Kitab Rijal untuk enam
kitab induk Hadis, kitab Rijal untuk satu daerah tertentu, kitab rijal perawi
siqah dan perawi daif.
3. Kutub Ulum al-Hadis
Ilmu Hadis adalah dasar-dasar dan kaedah-kaedah
yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan keabsahan sebuah hadis. Tidak berbeda dengan disipilin ilmu lainnya,
ilmu hadis dimulai dan dikaji secara lisan dan dikaji
dari satu generasi ke generasi setelahnya. Dapat dikatakan bahwa Imam asy-Syafii adalah cendikiawan Muslim yang pertama menulis
kaedah-kaedah dasar Ilmu Hadis dalam kitabnya ar-Risalah yang selanjutnya
berkembang sampai akhirnya disempurnakan oleh ulama Hadis pada generasi
selanjutnya. Pada abad keempat lahir kitab-kitab besar dalam Ilmu Hadis yang
dijadikan rujukan utama dalam kajian ilmu Hadis, seperti al-Muhaddis al-Fashil
Baina ar-Rawi wa al-Wa’i kary ar-Ramaharmuzi, al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah karya al-Khatib
al-Bagdadi, Muqaddimah Ibnu ash-Shalah, Nukhbah al-Fikr karya Ibnu Hajar al-Asqalani
dan Tadrib ar-Rawi karya Imam as-Suyuthi.
4. Kutub Syuruh al-Hadis
Syuruh hadis adalah penjelasan-penjelasan terhadap isi kandungan hadis. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan
pemahaman yang baik terhadap sabda Nabi saw. sesuai dengan kemampuan seorang
ulama yang menyarah Hadis. Oleh karena itu tidak heran pemahaman hadis yang diuraikan tidak terlepas dari latar belakang ulama yang menyarah. Jumlah buku yang
menyarah kitab-kitab hadis sangat banyak, bahkan tidak heran bila didapatka satu kitab hadis memiliki syarah lebih dari lima buku. Di
antara kitab-kitab syarah hadis adalah Fath al-Bari dan Umdah al-Qari syarah Shahih
al-Bukhari, al-Minjaj dan Fath a-Mun’im syarah Shahih Muslim, Aun al-Ma’bu dan
Bazl al-Majhud syarah Sunan Abi Dawud, Tuhfah al-Ahwazi dan Aridhah al-Ahwazi syarah
Sunan at-Tirmizi.
5. Kutub Takhrij al-Hadis
Takhrij al-Hadis adalah menunjukkan tempat sebuah hadis dalam sumber-sumber aslinya yang menunjukkan hadis beserta sanadnya. Adapun kitab-kitab takhrij
adalah kitab yang menunjukkan posisi sebuah hadis dalam kitab-kitab mu’tabarah. Ilmu takhrij al-Hadis lahir didasari kebutuhan
para pengkaji hadis terutama setelah pengkodifikasian hadis selesai dan membantu untuk mendapatkan
pengkajian hadis, baik yang berkaitan dengan sanad atau matan hadis. Takhrij hadis memiliki manfaat yang besar, terutama dalam melakukan
perbandingan antara riwayat baik matan dan hadis. Dengan melakukan takhrij akan tampak jalur
periwayatan sebuah hadis dari berbagai jalur, begitu juga pada matan akan tampak perbedaan
lafal dalam periwayatan. Banyak kitab-kitab takhrij yang lahir, seperti: Tuhfah
al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf, al-Jami’ ash-Shagir, Jam’ al-Jawami’, Miftah
Kunuj as-Sunnah, al-Mu’jam al-Mufahrasy li Alfazh al-hadis an-Nabawi, Kanj
al-Ummal, Jami’ al-Ushul dan Mawshu’ah
al-Hadis an-Nabawi.
6. Kutub al-Hukmi ala al-Hadis
Kutub al-Hukmi ‘ala al-Hadis adalah kitab-kitab
yang menghimpun hadis-hadis dengan memberikan penilaian terhadap kualitas hadis tersebut, misalnya menghimpun hadis-hadis dalam satu buku atau melakukan penelitian terhadap hadis-hadis buku tertentu. Penilian terhadap kualitas suatu hadis adalah buah dan tujuan dari ilmu hadis. Di antara ulama yang memberikan sumbangan
besar dalam bidang ini terutama di zaman sekarang adalah adalah Imam Albani dalam kitabnya Mawshu’ah al-Ahadis
ash-Shahihah dan Mawshu’ah al-Hadis adh-Dha’ifah wa al-Mawdhu’ah, Syeikh Ahmad Syahir dalam tahkik-nya kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal dan Syeikh
al-Arnauthi.
7. Kutub ad-Difa’ an al-Hadis
Kutub ad-Difa’ an al-Hadis dalah kitab yang menghimpun pembelaan para Ahli
hadis terhadap syubhat-syubhat dalam Hadis Nabi. Imam asy-Syafii adalah pembela Sunnah (Nashir as-Sunnah)
ketika ia berhadapan dengan orang-orang yang tidak menerima kehujahan Hadis
Ahad. Begitu juga dengan Ibnu Quthaibah dalam kitabnya
Ta’wil Mukhtalif al-Hadis membahas tentang hadis-hadis yang dianggap bertentangan dengan Alquran, Hadis dan
Akal. Pada saat ini lahir ulama-ulama hadis baru yang menjadi pembela dalam usaha menyerang pemikiran-pemikiran Sarjana Barat atau
tokoh Muslim yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Para Ahli Hadis Muslim membela
hadis dari beragam warna yang dilakukan sarjana
barat, baik kritikan terhadap hadis yang berkaitan dengan sanad, matan, pemahaman dan
pemikiran Hadis. Di antara kitab yang lahir dalam bidang ini adalah Makanah
as-Sunnah fi Tasyri’ al-Islami karya M. Siba’i, Dirasat fi Tarikh al-Hadis n-Nabawi wa Tarikh Tadwinihi
karya Al-A’zhami, al-Hadis Qabla at-Tadwin karya Ajjaj Khatib, Syubhat hawla
al-Hadis an-Nabawi karya Abd al-Muhdi Abd al-Qadir Abd al-Hadi.
Keterangan di atas adalah ulasan singkat tentang beberapa kajian Hadis
yang lahir dari perhatian besar Ulama Muslim terhadap Hadis. Masih banyak lagi
kajian-kajian Hadis yang berkembang. Kajian Hadis akan selalu menjadi topik
hangat untuk diperbincangkan dan karya-karya luar biasa akan terus lahir sesuai
dengan masanya. Sebagaimana yang telah tercatat dalam sejarah bahwa para Ahli
hadis tidak hanya berasal dari negeri Arab, namun juga oleh Ulama-Ulama Muslim dari Non Arab. Kebenaran
ini terluang kembali di abad ini dengan hadir pendekar hadis dari India yang menyerang pemikiran barat
seputar hadis yaitu A’zhami.
0 komentar:
Posting Komentar